Rabu, 04 Maret 2009

ekonomi

MEMPERSIAPKAN PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH YANG TANGGUH DAN KOMPETITIF DI MARKET
Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS
Ketua Umum AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia), Sekjen MES (Masyarakat Ekonomi Syariah)

Saya baru saja menyelesaikan sebuah buku, berjudul ”Marketing Syariah”. Buku ini saya tulis bersama seorang tokoh marketing dunia, Hermawan Kartajaya, president World Marketing Association (WMA), beliau juga salah satu diantara ”50 gurus who have shaped the future of marketing” gelar yang dianugerahkan oleh CIM-UK. Buku ini diharapkan beredar akhir Ramadhan ini di tokoh buku.
Salah satu hal yang kami bahas dalam buku itu, adalah bagaimana mempersiapkan secara baik suatu perusahaan syariah agar dapat tumbuh secara baik dan kompetitif di market. Dalam pengamatan saya, sedikit sekali perusahaan asuransi syariah, baik yang berbentuk perusahaan penuh maupun dalam bentuk cabang syariah, muncul dan bisa menjadi perusahaan yang kompetitif di market, padahal saat ini sudah terdapat 3 perusahaan asuransi yang full syariah, dan 21 perusahaan yang membuka cabang syariah.
Dalam menghadapi era globalisasi, era teknologi dan era komunikasi yang demikian hebat, perusahaan syariah mesti harus bisa merubah paradigma agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan global, sehingga perusahaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah tidak diidentikkan dengan perusahaan ”kelas tikar” yang hanya mengandalkan emotional market. Berikut ini saya mencoba menjelaskan 4 (empat) prinsip mengenai Syariah Business Landscape Paradigm yang bisa menjadi panduan bagi perusahaan yang ingin mengkonversi atau membuka cabang syariah atau juga bagi perusahaan/cabang yang sudah beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Untuk memudahkan, saya menyebutnya dengan 4 (four) C, yaitu Changes, Customer, Competitor dan Company.
Information Technology Allows us to Access Transparency (Technology Change)
Tentu kita semua tahu, akar dari terjadinya segala perubahan baik perubahan sosial, politik ataupun ekonomi adalah karena adanya inovasi di bidang teknologi. Di abad 21 ini, teknologi sangatlah memegang peranan penting. Kalau kita lihat, hampir disemua sektor industri, perkembangan teknologi sangan membantu untuk melakukan usaha secara efisien dan efektif. Perubahan ini terjadi karena adanya demand dari tuntutan perkembangan jaman dan inovasi manusia. Sebagai contoh, 20 tahun yang lalu saya tidak dapat membayangkan bisa berkomunikasi dengan kedua orang tua saya yang nun jauh di pelosok Sulawesi Selatan, yang jaraknya masih 400 km dari Kota makassar. Ketika sang kakek dan nenek disana merindukan cucunya, saya tidak perlu bersusah payah lagi naik kapal laut 2 hari 2 malam, kemudian dilanjutkan perjalanan dengan bis selama 12 jam. Tapi cukup mengambil HP Comunicator (Nokia 9500), mengirimkan foto cucu kesayangannya, kemudian kami bisa bercakap-cakap dengan seluruh anggota keluarga melalui teleconference melalui HP, suara dapat didengar semua anggota keluarga disana, foto cucu kesayangannya dengan berbagai gaya ketika sedang ngorol disini dapat dikirim dalam hitungan detik, begitu juga kerbau pemberian sang kakek kepada cucu yang ada diladang samping rumah dapat dikirim gambarnya kesini, melalui saluran MMS di HP. Bukan hanya murah (efisien) dan efektif, tapi juga menyenangkan, dan orang kampungpun dapat menikmati teknologi hasil inovasi orang kota.
Karena itu dalam buku Beyond Mobile – people, communications, and marketing in mobilized world karya Mats Lindgren, Jorgen Jedbratt, dan Erika Svenson diterangkan bahwa bagi marketing company, mobile marketplace menjadi ancaman dan juga kesempatan bagi perusahaan. Semakin mudahnya informasi dapat di akses hanya dengan memijit tombol, menempatkan setiap consumer sebagai raja. Mereka dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan secepat mungkin, membandingkannya sesuai yang mereka mau dan akhirnya memilih produk atau jasa yang mereka pilih.
Dalam bisnis, perkembangan teknologi memudahkan perusahaan untuk memberikan standar layanan kelas atas dengan biaya yang rendah. Perkembangan software-software untuk enterprise seperti Enterprise Resourse Planning (ERP), Customer Relationship Management (CRM), Supply Chain Management (SCM) dan lainnya sangat membantu perusahaan untuk mengontrol kegiatan operasional perusahaan. Terutama bagi kalangan perbankan dan tentu juga untuk industri asuransi, teknologi sangat memegang peranan penting, karena bukan hanya dapat dengan cepat mengakses informasi dan mempercepat komunikasi tetapi juga untuk mempermudah terjadinya transaksi. Sebagai industri jasa, maka pelayanan exellent menjadi concern yang harus menjadi prioritas utama industri perbankan dan asuransi. Apalagi perusahaan yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah, Rasulullah mengatakan ”saidul kaum khadimuhum” (pelayanan merupakan prinsip dalam bisnis syariah). Karena itu asuransi syariah haruslah mengedepankan pelayanan terbaik.
Perkembangan teknologi ini memberikan kesempatan emas bagi perusahaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Selain sebagai penunjang untuk kegiatan operasional dan standar layanan, teknologi juga membantu perusahaan untuk menunjukkan kesungguhan dalam melaksanakan prinsip-prinsip syariah. Kemudian untuk memberikan informasi dan komunikasi menjadi kunci bagi perusahaan syariah untuk menunjukkan kejujuran secara transparan. Pertanyaan kita sekarang adalah sejauh mana perusahaan asuransi syariah yang ada saat ini memberikan perhatian pada aspek yang sangat penting ini.
The emergence of Customer global paradox (Customer)
Pengaruh adanya inovasi mendasari terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini dapat kita lihat dari lahirnya revolusi dalam bidang teknologi komunikasi merubah cara pandang dan perilaku masyarakat. Salah satu bentuk teknologi yang membawa perubahan di segala sektor adalah internet. Internet merubah manusia dalam menjalani kehidupannya, baik dalam kehidupan personal ataupun professional. Ekspektasi terhadap kehidupan pun berubah.
Teknologi mempengaruhi dunia menjadi satu sehingga tercipta era globalisasi yang tidak dapat dihindari. Perbedaan yang menjadi benteng antar negara-negara di dunia telah tersingkap dan menghasilkan lahirnya suatu masyarakat baru dan era ekonomi baru dalam kehidupan.
Bagi masyarakat muslim, globalisasi membawa banyak manfaat dan peluang, karena kita mesti belajar satu sama lain, saling memberi dan saling menerima dengan saudara-saudara kita yang nonmuslim, tanpa harus meninggalkan jati diri kita. Karena itulah ummat islam mulai menerapkan perekonomian secara syariah yang mana kelahirannya dilandasi oleh kehadiran dua gerakan renaissance Islam modern, yaitu Neorevivalis dan Modernis. Perekonomian islam, yang dimulai dengan perbankan syariah bangkit sebagai panggilan untuk melakukan kegiatan lembaga keuangan berdasarkan etika, moral, transparansi dan keadilan, dimana dasarnya kembali kepada landasan Al-Quran dan Al-Hadits. Salah satu tonggak utama berdirinya perbankan syariah adalah dengan beroperasinya Mit Ghamr Local Saving Bank pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Dan sekarang perkembangan lembaga dan institusi keuangan syariah di dunia maju dengan sangat pesat, bahkan lembaga keuangan konvensional yang notabene mengadopsi sistem kapitalis juga mengakui sistem syariah dan menerapkannya dengan membuka unit-unit syariah. Bahkan yang sangat menarik, Singapura yang penduduk muslimnya sangat kecil, ingin menjadikan negaranya menjadi pusat perdagangan ekonomi syariah.
Dalam perkembangannya di Indonesia, lahirlah lembaga syariah diawali dengan berdirinya Bank muamalat Indonesia di tahun 1992. Saat ini, tahun 2005, hanya dalam kurun waktu 13 tahun, lembaga syariah di Indonesia telah tumbuh dengan sangat pesat. Lembaga-lembaga itu adalah Perbankan syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, penggadaian syariah, leasing syariah, oblogasi syariah, pasar modal syariah, broker syariah, bahkan sampai ke hotel dan bengkel syariah pun mulai bermunculan.
Asuransi syariah saat ini sudah terdapat 24 perusahaan, terditi dari 3 perusahaan penuh dan 21 dalam bentuk cabang syariah. Jumlah ini akan terus berkembang sampai akhir tahun ini, karena beberapa perusahaan sedang dalam proses pembukaan cabang syariah, di DSN-MUI dan Depkeu, seperti Alianz, Tugu Re, Marein, Wanaartha Life, Ramayana, Jiwasraya, dan lain lain. Sungguhpun demikian, pertambahan jumlah ini belum disertai dengan perkembangan market share yang signifikan.
Perkembangan yang pesat dari pertumbuhan ekonomi islam berdasarkan syariah ini menjadi bukti bahwa masyarakat yang hidup di era globalisasi sekarang rindu akan ketentraman dalam menjalani kegiatan ekonomi. Dan dengan menjalankan perekonomian syariah masyarakat meyakini bahwa kegiatan ekonomi yang dijalankan sesuai dengan etika dan nilai-nilai agama. Sehingga dapat kita lihat, perubahan di era globalisasi dan medernisasi di abad 21 membawa masyarakat untuk kembali pada nilai-nilai etika, moral dan kejujuran, yang dalam hal ini menimbulkan paradox antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Be fair to your Competitors (Competitor)
Dalam menjalankan bisnis menurut nilai-nilai etika dan syariah islam, perusahaan juga harus memperhatikan bagaimana mereka menghadapi persaingan usaha yang serba dinamis. Globalisasi dan perubahan teknologi menciptakan persaingan usaha yang ketat dimana mempengaruhi perubahan pada peraturan atau deregulasi yang mengikuti perkembangan persaingan di berbagai industri. Pasar akan menjadi semakin kompleks dan tidak bias ditebak. Informasi yang mudah didapat menjadikan perusahaan dengan mudahnya mengakses info mengenai pesaing dan persaingan. Perang yang terjadi di pasar menjadi semakin terbuka dengan adanya pengaruh perkembangan komunikasi. Sebagai contoh persaingan antara Coca Cola dan Pepsi Cola. Kita semua tahu bahwa persaingan di antara kedua perusahaan besar ini sangat intensif. Sebagai puncaknya adalah ketika Coca Cola memakai Britney Spears sebagi ikon dalam iklannya, dan Pepsi Cola meng-counternya dengan menampilkan Cristina Aquilera dalam iklannya. Persaingan diantara mereka di tampilkan secara terbuka dimana mereka menampilkan dua bintang remaja yang juga sedang bersaing di kancah musik dunia.
Anda pernah baca buku Wharton on Dynamic Competitive Strategy?, disitu dituliskan: “As market boundaries become more blurred, bringing new outsiders into once stable industries, competition has become more complex and multidimensional”. Karena itulah persaingan usaha yang terjadi harus dihadapi dengan pandangan dan cara-cara yang positif.
Dalam bisnis syariah, mengajarkan mengenai persaingan yang positif atau dalam bahasa syariah disebut dengan “fastabiqul khairat” artinya ‘berlomba-lomba kepada kebaikan’, dimana konsepnya didasarkan pada persaingan sehat dan berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana dalam firman-Nya. “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah: 148).
Dalam menghadapi persaingan terutama di masa sekarang dimana persaingan usaha sudah semakin kompleks membutuhkan kekuatan untuk dapat menerima persaingan dengan hati yang tulus dan terbuka. Perusahaan harus menciptakan suasana yang win-win antara perusahaannya dengan kompetitor-nya, karena yang memegang kendali terhadap pasar bukanlah anda atau kompetitor anda, tetapi masyarakat luas sebagai konsumen. Dengan melakukan permainan jujur dan adil terhadap kompetitor akan memberikan pandangan yang positif kepada masyarakat terhadap perusahaan anda.
Jadi ketika persaingan usaha yang dihadapi semakin ketat dan semakin kotor, perusahaan anda harus mempunyai kekuatan untuk tidak terpengaruh oleh permainan bisnis itu. Sebagaimana yang terdapat dalam beberapa pengalaman emotional intelligence dan good business practices, yaitu ketika kompetitor anda menyerang anda dengan serangan tidak etis, yang harus kalian lakukan adalah nothing. Dan cepat atau lambat pesaing anda akan merasakan bahwa tindakan mereka yang tidak adil justru akan membawa dampak yang negatif pada mereka.
Develop a spiritual-based organization (Company)
Dalam menghadapi situasi dan kondisi yang terjadi dimana era globalisasi telah mempengaruhi kehidupan bermasyarakat dan persaingan usaha, perusahaan harus merenungkan kembali prinsip-prinsip dasar perusahaan. Seperti yang kita ketahui, perusahaan-perusahaan besar yang sukses di abad 21 ini rata-rata adalah mereka yang mengetahui apa yang terjadi sebagai akibat dari perubahan yang terjadi di pasar dan bagaimana mereka tetap konsisten untuk menjalankan nilai-nilai prinsip dasar perusahaannya. General Electric, dibawah kepemimpinan Jack Welch misalnya, berhasil menoreh sejarah sebagai salah satu perusahaan yang sukses karena prinsip dasar perusahaan yang dianutnya. Prinsip mereka terkenal dengan nama GE Way.
Pesan-pesan dari visi dan misi Jack Welch disampaikan di setiap kesempatan, di laporan tahunan perusahaan untuk para pemegang saham, pidato-pidato di dewan komisaris dan direksi, bahkan di setiap pembicaraannya. Tetapi yang kunci utama adalah ketika ia membuat GE Values yang berbentuk kecil dan seukuran dompet sehingga setiap karyawan dapat membawa kemanapun ia pergi. Ia berkata: “There isn’t a human being in GE that wouldn’t have the Values Guide with them. In their wallet, in their purse. It means everything and we live it. And we remove people who don’t have those values, even when they post great results”
Dengan menerapkan GE Values secara konsisten dan menyeluruh di perusahannya, Jack Welch telah berhasil membawa perusahannya mencapai kejayaan. Ia berhasil menjadi pemimpin yang dikagumi di seluruh dunia dan kepemimpinannya dijadikan contoh bagi pemimpin perusahaan besar, Bagi Jack Welch, perubahan yang terjadi dalam kehidupan bukanlah sesuatu yang harus diikuti. Tetapi kenyataannya banyak manager perusahaan takut akan perubahan dan perasa aman dengan kondisi dimana mereka merasa nyaman.
Saya sebetulnya ingin mengatakan, ketika perusahaan anda masuk ke bisnis syariah, maka masuklah dengan visi dan misi yang jelas, dan disertai kesungguhan dari manajemen, bukan hanya sekedar mengikuti trend. Ketika anda akan menempatkan orang pun untuk perusahaan asuransi setingkat devisi atau cabang, maka tunjuklah orang yang memiliki kapasitas yang memang memadai. Bukan menempatkan orang-orang bermasalah, sehingga divisi atau cabang syariah identik dengan tempat pembuangan orang-orang kritis agar bisa menjadi alim. Jika anda seorang komisaris atau pemilik perusahaan, dan berniat mendirikan atau mengkonversi perusahaan anda ke sistem syariah, maka pilihlah direksi-direksi yang handal, yang selain memiliki profesionalisme juga memiliki integritas dan tingkat spiritual yang memadai, agar bisa membawa perusahaan anda memasuki era global, dan agar perusahaan anda bisa menjadi perusahaan yang tangguh dan mampu menghadapi persaingan global di market.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar